Thursday 22 September 2016

FERMENTASI


Oke teman-teman sekarang kita bahas tentang FERMENTASI.

Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Fermentasi merupakan bentuk penerapan atau aplikasi tertua dari bidang bioteknologi. Pada mulanya istilah fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan glukosa menjadi alkohol yang berlangsung secara anaerob.

Bangsa Somaria dan Babilon kuno sudah mengkonsumsi minuman beralkohol seperti bir sejak 6000 tahun sebelum masehi. Bangsa Mesir sudah mulai membuat adonan Kue Asam sejak tahun 4000 sebelum masehi. Sedangkan di negara-negara Eropa, minuman anggur sudah dikenal jauh dimasa lalu dan dibuat melalui proses fermentasi.

Fermentasi merupakan proses pengubahan bahan organik menjadi bentuk lain yang lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol. Mikroorganisme yang terlibat diantaranya adalah bakteri, protozoa, jamur atau kapang atau fungi dan, ragi atau yeast. Secara umum disebut PROBIOTIKA.

Contoh sederhana yang sering temen-temen konsumsi adalah proses fermentasi pembuatan tape, tempe, kecap, oncom, roti, brem, keju, dan yogurt.
Untuk menghasilkan suatu produk fermentasi tertentu, dibutuhkan kondisi fermentasi dan jenis mikroba dengan karakteristik tertentu juga. Oleh karena itu, diperlukan keadaan lingkungan, substrat (media), serta perlakuan (treatment) yang sesuai sehingga produk yang akan dihasilkan menjadi optimal.

MANFAAT FERMENTASI
Beberapa manfaat/keuntungan yang dapat diperoleh dari proses pembuatan produk melalui proses fermentasi adalah:

  1. Dapat menghilangkan atau mengurangi zat anti-nutrisi;
  2. Dapat meningkatkan kandungan nutrisi;
  3. Dapat meningkatkan kecernaan;
  4. Dapat menaikkan tingkat kesehatan, lebih menyehatkan;
  5. Dapat menaikkan waktu simpan, tahan lama, awet;
  6. Dapat memiliki nilai jual lebih tinggi.
PERALATAN UNTUK MEMBUAT FERMANTASI

Alat utama yang digunakan untuk proses fermentasi adalah bio-reaktor atau biasa disebut FERMENTOR.

  • Fermentor
Fermentor adalah tangki atau wadah dimana di dalamnya seluruh sel yaitu mikrobia mengubah bahan dasar menjadi produk biokimia dengan atau tanpa produk sampingan. Fermontor sering disebut dengan bioreaktor. Fermentor umunya dilengkapi dengan pengaduk, saluran aerasi, dan perlengkapan lainnya.
Fungsi utama fermentor adalah menyediakan kondisi lingkungan yang cocok bagi mikrobia agar dapat menghasilkan bio-massa, enzim, metabolit dan sebagainya.
Syarat Fermentor
  1. Tangki dapat dioperasikan secara aseptik, agitasi dan aerasi.
  2. Energi pengoperasian serendah mungkin.
  3. Temperatur harus terkontrol;.
  4. Kontrol pH.
  5. Tempat pengambilan sampel.
  6. Penguapan berlebihan dihindari.
  7. Tangki didesain untuk meminimalkan tenaga kerja pemanenan, pembersihan dan perawatan.
  8. Peralatan general: permukaan bagian dalam halus, dihindari banyak sambungan, harganya murah.
Syarat Konstruksi Fermentor
Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sebuah Konstruksi Fermentor diantaranya adalah:
  1. Bahan fermentor dibuat dari bahan yang memiliki sifat tahan karat untuk mencegah kontaminasi logam atau ion selama proses berlangsung.
  2. Bahan fermentor harus tidak beracun dan tidak mudah bereaksi atau terlarut, sehingga tidak menghambat pertumbuhan mikrobia.
  3. Bahan fermentor harus terbuat dari bahan yang memiliki sifat kekuatan yang cukup agar dapat melakukan proses sterilisasi berulang kali pada tekanan uap yang tinggi
  4. Sistem stirer dari fermentor dan lubang pemasukannya cukup, sehingga tidak mengalami stress mekanik akibat terlampau rapat.
  5. Medium dan kultur Harus dapat diperiksa secara visual, dibuat dari bahan transparan
Tahapan Dan Proses Fermentasi
  1. Formulasi medium yang akan digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme, baik pada Enrichment (pengkayaan) maupun pada Proses Produksi;
  2. Sterilisasi media, fermentor dan perlengkapannya;
  3. Produksi kultur murni atau campuran yang cukup untuk meng-inokulasi pada tahap produksi;
  4. Optimasi produksi pada tahap fermentasi produk dengan kondisi optimum;
  5. Ekstraksi (pemanenan hasil) dan purifikasi atau pemurnian produk
  6. Pembuangan effluen (limbah medium) yang dihasilkan selama produksi.
Tahap Persiapan Medium Fermentasi
Medium yang digunakan adalah medium cair yang terdiri dari 2 macam larutan. Larutan pertama berisi garam-garam nutrisi untuk pertumbuhan ragi, sedangkan larutan kedua adalah substrat yang umumnya berbentuk larutan glukosa dalam air. Nutrisi yang diperlukan dalam medium pertumbuhan ragi antara lain unsur N, O, H, Mg, K, S dan, Ca.
Glukosa berperan sebagai sumber karbon dan sumber energi. Kadar senyawa-senyawa yang diperlukan supaya medium dapat mendukung pertumbuhan ragi secara optimal harus ditentukan berdasarkan komposisi masing-masing unsur dalam sel ragi.
Tahap Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan terhadap bahan dan alat agar terbebas dari kontaminasi mikroorganisme lain yang patogen. Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan seperti berikut :
  1. kontaminan meningkatkan persaingan di dalam mengkonsumsi substrat sehingga akan mengurangi perolehan;
  2. kontaminan dapat menghambat proses metabolisme sel sehingga akan mengurangi perolehan;
  3. kontaminan meningkatkan turbiditas sehingga dapat mengacaukan pengukuran terhadap jumlah sel setiap saat.
Tahap Penyiapan Inokulum
Setelah seluruh alat dan bahan steril, dilakukan proses inokulasi Saccharomycess cereviceae dari biakan murni. Sebagai inokulumnya adalah biakan ragi. Komposisi medium starter adalah sama dengan komposisi media fermentasi dengan penambahan growth factor.
Inokulum tersebut dimasukkan ke dalam campuran larutan nutrisi dan substrat yang diambil sebagian dari fermentor dan dimasukkan ke dalam wadah tertentu, misalnya labu erlenmeyer atau lainnya.
Tujuan dibiakkannya ragi dalam starter adalah mengadaptasikan sel terhadap media fermentasi. Dengan adanya adaptasi pada starter ini diharapkan lag phase sebagai tahap awal fermentasi dapat dilewati.
Biakan diusahakan tepat berada pada akhir fasa logaritmik. Dengan demikian pertumbuhan sel ragi akan maksimum dalam waktu yang relatif singkat
Tahap Pelaksanaan Fermentasi
Tahap ini dimulai saat inokulum yang telah beradaptasi dalam medium dimasukkan dalam medium di fermentor. Pelaksanaan fermentasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. Nutrisi, substrat, dan inokulan dimasukkan ke dalam fermentor yang dilakukan secara aseptis. Nutrisi dimasukkan ke dalam fermentor sebelum disterilisasi dalam autoclave. Substrat dan inokulan dimasukkan dengan cara memanaskan mulut inlet dengan kapas yang dibakar kemudian medium dan inokulum dimasukkan ke dalam fermentor;
  2. Kemudian dilakukan kecepatan aerasi dan agitasi. Aerasi berfungsi sebagai penyuplai oksigen untuk sel ragi dan disuplai dalam bentuk gelembung gas. Laju oksigen yang disuplai ke dalam fermentor harus selalu stabil. Ketidakstabilan laju aliran oksigen dapat menurunkan unjuk kerja fermentor. Hai ini disebabkan karena laju transfer O2 tidak tetap, kadar CO2 tidak stabil, sehingga metabolisme sel ragi terganggu. Di sini, agitasi berfungsi sebagai alat penghomogen larutan fermentasi.
Garis Tipis Antara Fermentasi Dan Dekomposisi

Mikroorganisme memainkan peran utama pada pembusukan (penguraian) makanan. Faktanya adalah bahwa fermentasi dan dekomposisi melibatkan proses yang sama seperti mikroorganisme memecah bahan organik untuk membuat zat baru. Perbedaannya terletak pada sifat zat baru nya. Jika zat-zat yang berbahaya bagi manusia, seperti hidrogen sulfida atau amonia, diciptakan, proses ini disebut “dekomposisi”, dan jika zat-zat bermanfaat diciptakan, hal itu disebut “fermentasi”. Dengan demikian, perbedaan tersebut dibuat sesuai dengan perspektif yang diambil.
Ciri-ciri makanan fermentasi
Ada berbagai jenis makanan fermentasi, tetapi mereka semua berbagi beberapa karakteristik yang sama.
Mereka dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu. Secara umum, makanan hasil fermentasi dapat disimpan lebih lama dari bahan yang digunakan untuk membuat fermentasi mereka. Sebagai contoh, susu segar dengan mudah memburuk, namun produk susu fermentasi seperti yoghurt dan keju dapat disimpan lebih lama. Diperkirakan bahwa karena bakteri asam laktat meningkat jumlahnya, mereka mencegah invasi bakteri lain yang menyebabkan dekomposisi.
Mereka memiliki rasa dan bau yang khas. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa ketika mikroorganisme memecah bahan organik, mereka menciptakan asam amino yang merupakan dasar dari komponen penciuman dan rasa. Karena mikroorganisme menghasilkan zat yang berbeda, banyak makanan fermentasi memiliki rasa dan bau yang sangat khas. Mereka meningkatkan kesehatan yang baik. Dekomposisi menyebabkan pembentukan zat dengan molekul yang lebih kecil. Hal ini meningkatkan pencernaan dan penyerapan nutrisi, dan memicu produksi menguntungkan asam amino esensial, vitamin dan enzim.
Sekian.

SUMBER: PAK MUKTI ABADI

SALAM POKOKE TERNAK SEMOGA BERMANFAAT JANGN LUPA BAGIKAN.

Cara Membuat Pakan Alternatif Untuk Unggas Bersetandar SNI.

      Mari kita diskusikan agar ada kesepahaman di antara kita tentang PAKAN ALTERNATIF. Tentu saja harus kita mulai dari pemahaman tentang SNI pakan unggas.
Di bawah saya lampirkan foto tentang Standar Spesifikasi pakan ayam KUB hasil riset pihak Balitnak. Saya lampirkan juga SNI untuk ayam petelur dan pedaging ras untuk pembanding yang terdekat. SNI pakan bebek dan puyuh.

     Tulisan ini saya tujukan kepada teman-teman peternak skala kecil, 1.000 - 2.000 ekor yang mau membuat pakan alternatif supaya punya patokan. Hal ini mengingat semakin terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar USA mengakibatkan harga pakan konvensional dari pabrikan semakin mahal.
Situasi sulit ini bisa saja dimanfaat pihak-pihak tertentu dengan mengatakan bahwa pakannya PAKAN ALTERNATIF untuk mendapat keuntungan sepihak. Kasihan teman-teman peternak skala kecil kalau jadi obyek untuk "diblithuk" (ditipu).
Maka dari itu, mari kita sama-sama pahami apa yang dimaksud PAKAN ALTERNATIF. Bukan asal harganya murah disebut pakan alternatif.

DEFINISI
Pakan alternatif adalah pakan yang dibuat dari bahan baku pakan alternatif, berasal dari lokal baik sebagian dan/atau seluruhnya, tetapi bisa memenuhi STANDAR SPESIFIKASI pakan sesuai jenis dan fase hidup ternaknya dengan catatan harganya bisa lebih murah tapi performan-nya bisa setara dibanding pakan konvensional (buatan pabrikan).

TUJUAN
  • Kemandirian terhadap sumber bahan baku pakan sebagain dan/atau keseluruhan;
  • Harga pakan komplitnya diharapkan bisa lebih murah 5 – 20% dibanding pakan konvensional (buatan pabrikan). Kalau harga pakan alternatif bisa lebih murah 50% dibanding pakan pabrikan, itu sesuatu yang hampir mustahil. Jangan-jangan pakan abal-abal. Apakah spesifikasinya bisa setara dengan pakan pabrikan? Apakah kualitas dan performans-nya bisa setara dengan pakan pabrikan? Tunjukkan sertifikat hasil uji laboratorium yang kredibel. Biasanya "ora tau mambu lab".
  • Bisa membuat pakan spesifik untuk tujuan tertentu, misal pakan organik bebas antibiotika, warna kulit lebih coklat atau pucat atau lebih biru, warna ovum bisa lebih orange, ukuran telur menjadi lebih kecil atau lebih besar, memproduksi telur organik, low cholesterol, bebas kuman dan lain-lain tujuan.

BAGAIMANA MENDAPATKAN DAN/ATAU MEMBUATNYA ?
  1. Lakukan survey sejauh radius maksimum 15 km dari lokasi farm, apakah ada bahan baku lokal yang masih layak pakai dengan jumlah yang cukup dan kontinyu. Bila sumber bahan baku pakan lokal jaraknya terlalu jauh, >15 km, ongkos transportnya relatif mahal, tidak jadi murah;
  2. Sumber bahan baku lokal bisa dari limbah industri, pertanian, perkebunan, peternakan, rumah makan, hotel dan lain-lain, tentu saja harganya harus lebih murah atau sangat murah;
  3. Bisa juga diperoleh melalui pembiakan tanaman dan hewan tertentu (Azolla, cacing Lumbricus rubelus dan lain-lain) dimana dinilai gizinya sangat baik dan cepat perkembang-biakannya serta relatif mudah pengelolaannya;
  4. Bahan baku pakan asal lokal, bisa saja keberadaannya musiman, tetapi dengan proses tertentu bisa disimpan relatif lama, >3 bulan;
  5. Semua bahan baku pakan lokal, mesti diketahui dulu isinya mesti lengkap 
  1. kadar air;
  2. protein kasar
  3. lemak kasar;
  4. serat kasar
  5. kadar abu; dan
  6. makro mineralnya (kalsium dan fosfor).
Bila tidak didukung “data base” yang lengkap, maka hasil akhir formula pakan menjadi bias;

  • Usahakan mencari referensi tentang kadar gizi dan isi detail bahan baku lokal (asam amino, asam lemak, vitamin dan mikro mineral). Bisa dari EYANG GOOGLE yang banyak tahu segala hal di dunia ini walau pun belum tentu semuanya valid. Bisa dari teman yang punya data base tentang nutrisi. Bisa dari hasil riset oleh siapa pun (para peneliti, pemerhati) dan di mana pun (kampus, lembaga penelitian);
  • Bahan baku pakan lokal, tentu saja perlu diproses dulu :
> Yang basah atau kadar airnya tinggi, lebih dari 15%, perlu dikeringkan dulu (ampas tahu, onggok singkong, limbah pabrik udang, limbah rumah makan/hotel, limbah pasar) sampai kadar airnya menjadi 10 – 14% supaya bila diformulasi pakan komplitnya berkadar air tidak lebih dari 14%, yaitu batas maksimum kadar air pakan komplit sesuai SNI;
> Yang berbentuk bijian (biji nangka, biji durian, biji rambutan dll), dikeringkan, kemudian digiling dulu menjadi ukuran lebih kecil atau tepung, mash 5 – 20 agar bisa merata saat dicampur. Seyogyanya difermentasi dulu supaya zat-zat anti nutrisinya terurai;
> Yang berkualitas rendah dan berserat kasar tinggi, >10% (dedak, ampas kelapa, ampas tahu, ampas singkong dll), mesti difermentasi dulu agar kualitasnya meningkat dengan sarat kasar turun menjadi maksimum 10% dan Total Digestible Nutrien (TDN) naik. Untuk fermentasi ini, perlu probiotika yang kerjanya lignolitik dan selulolitik, supaya kadar serat kasarnya turun dan kadar proteinnya meningkat secara signifikan (nyata);
  • Bila semua bahan lokal sudah siap pakai, formulasikan bahan baku pakan lokal dengan bahan baku pakan nasional dan/atau internasional dengan mengacu kepada Standar Spesifikasi Pakan sesuai dengan jenis dan fase hidup ternaknya;
CATATAN
  1. Repot? So, pasti. Tapi bila tujuan penggunaan pakan alternatif bisa tercapai, yaitu mandiri dan dengan harga jauh lebih murah sehingga lebih menguntungkan bagi peternak, kenapa tidak.
  2. Pepatah bahasa Jawa mengatakan, “Jer basuki mawa bea, dan repot” (mau sukses mesti berupaya);
  3. Saya berharap dan berdoa agar tidak ada pihak-pihak yang dengan mudah mengatakan bahwa pakannya pakan alternatif tapi kualitasnya jauh atau bahkan terlalu jauh dari SNI. Efeknya bisa dipastikan malah merugikan pembelinya;
  4. Bagi teman-teman peternak, jangan mudah tergiur dengan pakan yang diklaim sebagai pakan alternatif hanya karena harganya murah. Tanyakan kepada produsen atau yang menjual, apakah pakannya sudah memenuhi SNI pakan ternak atau Standar Spesifikasi. Suruh tunjukkan sertifikat hasil uji Analisa Proksimat-nya. Jangan-jangan produsennya sendiri tidak kenal sama SNI pakan ternak dan jangan-jangan tidak tahu apa itu uji analisa proksimat. "Ora tau mambu lab".
  5. Niat saya meng-up load artikel ini semata-mata bertujuan memberikan pencerahan kepada teman-teman sesama peternak terutama yang skala kecil agar tidak salah beli yang berakibat rugi. Tidak untuk membuktikan apa pun dan kepada siapa pun.
Sekian.
KETERANGAN FOTO
Foto 1 : Standar Spesifikasi Ayam KUB hasil riset tenaga ahli nutrisi Balitnak;

Foto 2 : SNI Pakan Ayam Pedaging Ras;

Foto 3 : SNI Pakan Ayam Petelur Ras;

Foto 4 : SNI Pakan Puyuh;

Foto 5 : SNI Pakan Bebek;
Sumber: Pak Mukti Abadi


SALAM POKOKE TERNAK JANGAN LUPA BAGIKAN.

Wednesday 21 September 2016

MENEKAN KANIBALISME DENGAN PENGATURAN CAHAYA


Sifat kanibal merupakan salah satu yang menjadi keluhan peternak, berbagai cara sudah coba di aplikasikan namun belum optimal. Kami mencoba sharing dengan rekan2 semua untuk menekan sifat kanibal atau saling mematuk ini dengan mengatur pemberian cahaya. Pada umumnya pemeliharaan ayam dimalam hari juga diberikan cahaya, ternyata setelah kita amati penerimaan cahaya dengan intensitas yang panjang juga merangsang agresifitas pada ayam terutama ayam kampung. Sehingga ayam dal menyalurkan agresifitasnya selain makan dan mengeker2 mereka juga mematuk temannya, yang lebih parah lagi jika sampai keluar darah karena ayam sangat tertarik dengan warna2 seperti merah dan kuning maka ayam yg berdarah tersebut akan dikejar terus dan di patuk bahkan hingga bolong, langkah yang harus dilakukan jika hal ini terjadi maka ayam yg telah berdarah seperti ini harus segera dipisahkan dan di isolasi hingga sembuh lukannya.

Jika kita perhatikan, ayam dalam kondisi gelap mereka cenderung tidak ber aktivitas. Oleh karena itu pengaturan cahaya sama dengan mengatur ayam beraktivitas, baik itu makan, minum, dan bermain sehingga ayam tidak memiliki kelebihan waktu untuk melakukan hal-hal lainnya.

Permasalahan lain yang muncul ketika kita harus mengatur cahaya adalah dimana saat ini masih banyak peternak yang menggunakan lampu untuk sumber pemanas, oleh karena itu kita juga harus mencari sumber pemanas alternatif untuk menghangatkan kondisi kandang.

selain dapat menekan sifat kanibalisme, pengaturan cahaya juga dapat meningkatkan konversi pakan menjadi daging, bagaimana tidak ketika siang hari (ada cahaya) ayam aktif makan, dimalam hari merekan akan beristirahat karena tidak ada cahaya tentu saja ini akan menjadi proses pembentukan daging yang maksimal karena tidak mengeluarkan energi banyak untuk bermain-main.

semoga sharing informasi ini bermanfaat dan kami terus mengharapkan sharing informasi dari rekan-rekan peternak seputar budidaya ayam kampung, sehingga kita dapat bertukar informasi serta mewujudkan peternak ayam kampung yang cerdas. terimakasih.....

Ayam Jawa Super ( joper )

Ayam Jawa Super atau yang biasa temen-temen sebut Ayam JOPER. Ayam joper ini sudah sangat familiar di telinga temen-temen, Ternak Ayam Jawa Super merupakan peluang usaha yang cukup menggiurkan, utamanya para pebisnis di tanah ayam buras. Telah diketahui bersama bahwa Ayam Jawa Super merupakan hasil persilangan antara ayam jawa atau ayam kampung yang memiliki kualitas genetik tinggi dan telah mengalamai pemuliabiakan sehingga performa pertumbuhannya lebih baik dari ayam jawa kebanyakan. Entah kenapa kebanyakan dari kita lebih sering menyebutnya dengan Ayam Jawa Super,atau mungkin karena orang jawa sangat sering menamakan sesuatu hal yang berada di jawa dengan akhiran kata “jawa”, seperti kambing jawa,ayam jawa,bebek jawa,dan banyak hal lain yang berada di pulau jawa.

Metoda baru pemeliharaan ayam kampung asli / joper sistem cages kandang box ini saya realese setelah melalui pengamatan, pemikiran dan penelitian mendalam. Dengan sistem box cages ini peternak akan mendapatkan keuntungan lebih, karena ayam kampung dipelihara dalam luasan box terbatas, sehingga semua kehidupan ayam teratur, pakan teratur, persaingan teratur sehingga semua ayam mempunyai kesempatan tumbuh sama dan pada akhirnya pertumbuhan jadi lebih cepat dan berat badan rata.

Pada prinsipx ayam kampung mulai umur 1 hari dipelihara dalam kandang berbentuk bok dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi kandang box 60~80 cm, panjang kandang sepanjang mengikuti panjang bangunan. Tinggi kaki kandang box dibuat 60 cm dari tanah. Panjang kandang diatur per set sepanjang 4 m dengan disekat jadi 2 bagian dengan @ 2 m / bagian. Setiap set kandang bisa dipasang secara seri (bersambung) sepanjang bangunan kandang da juga bisa diatur secara paparel (berjejer) menjadi pasangan berdampingan 2 baris.

Pada kandang cages bok ini pada bagian depan dipasang paralon 4” / 2 sebagai tempat pakan dan diatasx dipasang paralon 2,5” / 2 sebagai tempat minum. Pada ujung sebelah sini dipasang kran air masuk dan di sebelah ujung sana dipasang diatur pebuangan air minum.
Pemasangan tempat makan minum ini nanti dipergunakan pada saat ayam mulai lepas pemanasan umur 2 minggu. Kalau ternyata ayam tidak cukup tinggi untuk menggapai tempat air minum maka bisa dibagian belakang diberi ganjal bata merah agar ayam bisa naik meraih air minum.
 

Pada kandang sistem cages bok ini digunakan sebagai kandang brooder (pemanasan) waktu umur 0 ~ 2 minggu, kemudian langsung dipergunakan sebagai kandang pembesaran umur 3 minggu dst sampai masa panen. Pengaturan sbb :

  1. Pada saat masa brooder (pemanasan) diatur seperti sudah saya tulis di artikel lain. Dengan kapasitas brooder 50 ekor / m2. Setelah lepas pemanasan pada bagian samping penutup tirai dari terpal atau plastik dilepas. Pada lantai kertas semen dilepas sehingga kotoran bisa langsung jatuh ke tanah dibawahx. Kandang diatur diberi pengait sekat, sehingga pada nantinya bisa dipasangi sekat sehingga tiap set kandang ukuran 1 x 2 m bisa dikasih sekat menjadi 1 x 1 m jumlah 2 kotak per set kandang.
  2. Setelah lepas pemanasan kapasitas kandang mulai diatur agak dikurangi dengan aturan sbb :
    • Minggu ke 3 ~ 4 diatur : 25 ekor / m2
    • Minggu ke 5 ~ 6 diatur : 15 ekor / m2
    • Minggu ke 7 ~ 8 diatur : 10 ekor / m2
    • Minggu ke 8 ~ panen diatur : 6 ekor / m2.
  3. Pada saat ayam kampung mulai umur 4 minggu dan sudah mulai bisa dibedakan jenis kelamin jantan betina maka sudah mulai harus dipisah pisah sendiri sendiri antara kotak ayam jantan dan kotak betina.
  4. Dengan dipisah antara jantan betina dengan diatur pada petak tersendiri akan mmempunyai keuntungan sbb :
    • Ayam betina tidak kalah persaingan pakan sehingga akan bisa tumbuh cepat dan pada akhirx berat badan rata.
    • Kalau terjadi persaingan jantan betina, jelas yang betina akan kalah, dan bila terjadi kematian biasax yang betina karena kalah.
    • Dengan pengaturan petak beda antara jantan dan betina, maka pada ayam jantan akan bisa dipanen lebih duluan. Semisal untuk mencapai berat badan 1 kg maka jantan hanya akan memerlukan waktu 70 hari, sedang betina perlu waktu sekitar 80 hari.
  5. Dengan sistem cages box ini jauh lebih menguntungkan dari pada sistem litter. Karena semuax lebih teratur, terkontrol, melakukan program vaksinasi dan pengobatan pun akan lbih mudah
Diharapkan para peternak ayam kampung pemula atau yang sudah lama bisa mengadopsi sistem baru cages bok yang saya release ini demi meningkatkan keberhasilan peternak.
 



Proses Perkawinan Ayam Dengan Cara SuntIK Inseminasi

Inseminasi buatan (IB) pada unggas sebenarnya sudah dikenal sebelum tahun 1926 di daratan China dimana pada saat itu IB dilaksanakan untuk ternak itik. 25 tahun kemudian IB dipraktekkan di Eropa Timur dan Israel pada angsa. Namun dalam perkembangannya hingga saat ini sudah jauh dikenal untuk mengembangkan unggas terutama untuk ayam pembibit.

Teknik perkawinan secara IB mutlak diperlukan untuk mempercepat peningkatan populasi ayam, khususnya ayam petelur, pedaging dan ayam kesayangan lainnya. Teknik IB merupakan bagian dari tatalaksana ternak unggas dengan tujuan utama adalah memproduksi anak ayam semaksimal mungkin. Disini ada keterkaitan antara fertilitas, daya tetas dan kemampuan memproduksi anak ayam. Keberhasilan untuk menghasilkan anak ayam yang berkualitas tinggi tidak terlepas dari jumlah anak ayam yang menetas (daya tetas), sedangkan daya tetas selalu berhubungan dengan fertilitas telur. Tatalaksana yang baik dari induk yang meliputi; perkandangan, pemberian pakan, pemilihan bibit dan teknik perkawinan yang betul akan menghasilkan fertilitas yang tinggi. Dengan manajemen yang baik maka anak ayam yang dihasilkan kemudian akan digunakan sebagai pengganti induk. 

Teknologi inseminasi buatan pada ayam mudah dipelajari dan diterapkan. Selain itu alat yang digunakan juga sangat sederhana, yaitu dapat dibuat dari spuit (alat suntik ) ukuran 1 ml. Alat suntik yang sudah dimodifikasi dengan menghilangkan jarumnya dapat digunakan untuk menampung semen dan sekaligus untuk inseminasi buatan. Tahapan-tahapan inseminasi buatan mulai dari penyadapan semen, penampungan, pengeceran hingga memasukkan semen ke dalam vagina ayam relatif mudah dilakukan. Faktor yang menentukan keberhasilan IB ini hanya pada keterampilan peternak yang dapat dilatih berkali-kali.

Menurut Udjianto dan Denny (2004) Tahapan – tahapan dalam kegiatan IB adalah: 
 
Pemilihan Bibit
 
  • Memilih induk untuk bibit, Induk yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut 
  1. Sehat dan tidak cacat.
  2. Berproduksi tinggi.
  3. Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama, umur 7 – 8 bulan.
  4. Induk sedang bertelur.
  5. Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang baterei individu.
  • Memilih pejantan untuk bibit, Pejantan yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut
  1. Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.
  2. Umur 1-3 tahun.
  3. Memiliki mutu genetik yang tinggi.
  4. Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk yang akan di inseminasi.
  5. Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk.
 
Persiapan induk dan pejantan
 
  1. Pakan untuk pejantan harus yang baik mutunya dengan kadar protein minimal 17% dan dengan tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang sudah masuk mesin ± 5 hari. Telur dikocok hingga rata kemudian diberikan kepada 3 ekor pejantan.
  2. Pemberian anti stress juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.
  3. Untuk merangsang banyaknya telur, dapat juga digunakan rajangan daun mengkudu/pace yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).
  4. Untuk memudahkan dalam melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka harus digunting.
 
Persiapan alat dan bahan
 
  1. Alat yang dibutuhkan adalah : alat suntik Tuberculin Syringe ukuran 1 ml, tabung penampung sperma, gunting, kertas tissue sedangkan bahan pengencer yang diperlukan NaCl fisiologis 0,90 %.
 
Teknik pengambilan sperma
 
  1. Sebelum pengambilan sperma, ayam pejantan sebaiknya dipuasakan kurang lebih 10 jam. Hal ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran feces pada sperma yang ditampung (dapat mengurangi daya tunas).
  2. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pemerahan sperma, sebaiknya dilakukan oleh dua orang, dengan tugas melakukan perangsangan dan sebagai penampung sperma.
  3. Satu orang memegang ayam jago (usahakan ayam dalam keadaan tenang) yang bertugas melakukan perangsangan yaitu dengan mengurut lembut dari pangkal paha atas hingga ke pangkal ekor sampai secara beraturan. Tanda spesifik dari pejantan yang terangsang adalah ekor akan naik ke atas dan keluar tonjolan dari kloaka.
  4. Jika pejantan sudah terangsang, dengan jari telunjuk dan jempol langsung menekan kloaka sampai terjadi ejakulasi. Saat terjadi ejakulasi, sperma yang keluar segera ditampung oleh orang kedua.
  5. Sperma yang sudah ditampung kalau memungkinkan dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis.
 
     Proses pengenceran semen
  • Pengenceran sperma diperlukan untuk memperbanyak volume, sehingga dapat digunakan untuk meng IB betina lebih banyak.
  • Bahan pengencer yang umum dipakai adalah larutan NaCl Fisiologis 0,90 %, karena bahan ini memiliki tekanan osmotik yang hampir sama dengan spermatozoa.
  • Dosis pengenceran adalah 1 : 4-5 , yaitu 1 bagian sperma dan 4-5 bagian bahan pengencer lalu dikocok secara perlahan sehingga homogen, campuran sperma ini dapat bertahan selama 30 menit. Perbandingan pengencer merupakan perbandingan yang optimal untuk daya hidup spermatozoa in vitro
KETERANGAN.
  • Untuk memudahkan dalam pelaksanaan, sebaiknya IB dilakukan oleh dua orang, dengan tugas satu orang memegang ayam betina dan memegang paha ayam dengan rapat, ibu jari kanan menekan daerah kloaka (sebelah kiri) dan tangan kiri, letakkan jari telunjuk dan jari tengah seperti menggunting ekor dan tekan ke atas sedikit sedangkan ibu jari kiri menekan ke bawah sehingga alat reproduksi ayam betina keluar.      
  • Kemudian alat suntik yang sudah berisi sperma tadi dimasukkan ke dalam saluran vagina betina yang letaknya di sebelah kiri sedalam ± 7-8 cm (sampai menyentuh uterus), sebelum sperma disemprotkan tekanan pada kloaka dikendurkan agar sperma nantinya tidak keluar lagi dari vagina.
  • Waktu yang paling tepat untuk melakukan IB adalah pada siang hari di atas jam 14 WIB, karena pada saat itu diperkirakan ayam telah bertelur sehingga gerakan sperma tidak mengalami hambatan dan pada saat itu belum terjadi peletakan telur (Ovi posisi).
  • Dosis sperma untuk setiap betina adalah 0,1-0,2 ml dengan konsentrasi sperma 100-150 juta, guna menghasilkan fertilitas yang tinggi sebaiknya IB dilaksanakan 3-4 hari 1 kali/2x seminggu.