Dalam peternaka ayam broiler agar temen-temen bisa memperoleh hasil yang bagus temen-temen harus memperhatikan hal-hal seperti bibit ayam, pakan untuk ayam dan manajemen. Dari tiga aspek tersebut saat ini temen-temen sudah mulai menjaga kualitasnya. Namun dari segi manajemen, ada hal kecil yang mungkin sering di abaikan yaitu manajemen litter. Litter atau sering kita sebut sekam adalah hal yang munkin bisa dibilang pokok bagi peternak indonesia.
Mungkin temen-temen peternak semua sudah paham fungsi litter dalam peternakan tapi untuk lebih jelasnya kita bahas lagi fungsi litter yaitu:
- Membatasi kontak langsung antara kaki ayam dengan lantai yang relatif suhunya kurang stabil
Untuk menjaga kesetabilan suhu dalam periode boording temen temen bisa melapisi alas kandang dengan litter minimal ketebalan 5 cm.
- Litter/sekam juga berfungsi sebagai media untuk menyerap fases/kotoran ayam, tumpahan air minum agar kondisi kelembaban ruangan terjaga.
Walaupun litter sebagai media untuk menyerap air, tapi kalo air tumpahnya terlalu banyak ya dapat mengakibatkan kelembaban menjadi tinggi. Kelembaban yang tinngi mudah di tumbuhi bakteri, agar ayam temen-temen tetap sehat maka temen-temen harus mengantisipsi kelembabannya dengan cara mengganti litter/sekam yang sudah BASAH (hukumnya wajib).
- Pada masa boording liter juga berfungsi sebagai penyerap panas sehingga dapat membantu untuk penghangat pada anak ayam
Sekam juga berperan penting terhadap masa boording. jadi temen-temen harus benar-benar harus menjaga kualitas SEKAM.
Penggunaan
Litter di Kandang
Ketika
memulai pemeliharaan, litter sebaiknya temen-temen siapkan 3 hari
sebelum anak ayam masuk (sebelum chick in,red). Litter
yang sudah siap, kemudian ditebar merata ke seluruh bagian kandang.
Setelah ditebar, litter disemprot dengan desinfektan untuk mencegah
bibit penyakit menempel. Setelah didesinfeksi, sebaiknya litter
diaduk agar cairan desinfektan bercampur dan kontak dengan seluruh
bagian litter. Ketika tiba waktunya chick in, beberapa jam
sebelum ayam masuk, sebaiknya litter didesinfeksi ulang untuk
membasmi bibit penyakit yang baru muncul di litter tersebut.
Untuk jenis desinfektannya sendiri, yang umumnya digunakan ialah
berbahan dasar formalin seperti yang terkandung dalam Formades.
Terdapat
perbedaan penggunaan litter pada kandang postal dan panggung.
Untuk kandang postal, ketebalan litter awal sekitar 8-12 cm.
Sedangkan pada kandang panggung, ketebalannya berkisar 5-8 cm.
Sirkulasi udara di kandang panggung jauh lebih baik dari kandang
postal sehingga litter yang digunakan bisa lebih sedikit.
Selain itu, di kandang panggung, penebaran litter dilakukan
setelah pemasangan terpal/alas (tidak kontak langsung dengan lantai
tanah,red) sehingga meski litter lebih sedikit, tidak
akan cepat dingin dan masih efektif menghangatkan anak ayam.
Perbedaan
lainnya, selama pemeliharaan ayam, untuk kandang panggung cukup
menggunakan litter saja. Tetapi untuk kandang postal, selain
litter juga perlu ditambah kapur atau zeolit. Penambahan kapur
atau zeolit ini berfungsi membantu menyerap air dan kelembaban dalam
udara. Kapur juga berguna untuk mencegah terjadinya koksidiosis yang
biasa terjadi pada ayam di umur ≥ 3 minggu, karena koksidia
(penyebab koksidiosis,red) tidak tahan terhadap panas dari
kapursa
Penyebab
Litter Basah dan Lembab
Setelah
mengetahui apa saja dampak dari litter yang lembab dan basah,
dan berapa banyak penggunaannya di dalam kandang, kita juga perlu
tahu mengenai apa saja yang menyebabkan litter basah. Berikut
penyebabnya:
a)
Faktor infeksius
Faktor
infeksius penyebab litter basah berkaitan dengan penyakit
enteritis, contohnya infeksi colibacillosis, ND, Gumboro, pullorum
dan koksidiosis. Namun pada kasus infeksi penyakit ini juga diikuti
oleh timbulnya gejala klinis yang lain.
b)
Faktor non infeksius
- Heat stress (stres panas): Menyebabkan konsumsi air minum ayam meningkat dibanding konsumsi ransum sehingga feses lebih basah.
- Kualitas nutrisi ransum: Kadar garam yang terlalu tinggi akan mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh dan memicu ayam mengonsumsi lebih banyak air sehingga ayam mengalami diare. Selain kadar garam, kadar protein yang terlalu tinggi juga dapat men-stimulasi terjadinya feses basah. Hal ini terjadi karena asam urat dalam ginjal terlalu tinggi konsentrasinya sehingga memicu ayam mengkonsumsi air minum lebih banyak, akibatnya feses menjadi basah dan encer .
c)
Manajemen pemeliharaan yang kurang baik, seperti sistem ventilasi
kurang optimal, kepadatan ayam terlalu tinggi, kelembaban tinggi,
ada tumpahan air saat membersihkan atau mengganti air minum,
instalasi tempat minum yang kurang tepat, dll .
No comments:
Post a Comment